Halaman

Alhamdulillah, Terimakasih donatur, Barakallah :)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah bisa update juga setelah sekian lama
Semoga kawan-kawan senantiasa dilindungi Allah

Nah lama tak ada kabar nih, Alhamdulillah Allah mengamanahi kami sumbangan dari banyak donatur yang berhati sangat mulia ini, Alhamdulilah terkumpul sekitar 4 juta yang telah kami salurkan juga kepada adik-adik yang masih semangat untuk sekolah namun karena keterbatasan biaya adik-adik ini was-was tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Rekomendasi ini kami dapat dari warga setempat yang mengetahui keterbatasan masing-masing penerima ini.

Tanggal 2 Juni 2014 lalu kami menyalurkan rizki dari Allah yang berupa bantuan dana dari donatur ke dua penerima yang berdomisili di Kabupaten Demak
1. Agus Rikianto (Kelas 5 SD)
2. Muhammad Rifa'i (Kelas 1 SMA)



Tanggal 15 Desember 2014 lalu kami menyalurkan rizki dari Allah yang berupa bantuan dana dari donatur kepada seorang mahasiwa Universitas Diponegoro
1. Taufik Hidayah ( Mahasiswa semester 1 Angkatan 2014)


Tanggal 14 Februari 2015 lalu kami menyalurkan rizki dari Allah yang berupa bantuan dana dari donatur kepada tiga penerima yang berdomisili di Kabupten Magelang
1. Fitria Khairunisa (Kelas 3 SMP)
2. Fahmi Syihabudzikri (Kelas 6 SD)
3. Nurul Arifah (Kelas 6 SD)



Info Keuangan

Alhamdulillah, saat ini dana dari donatur yang telah terkumpul ada Rp 4 juta sekian, Akhir januari InsyaAllah kami akan survey target penerima bantuan di daerah Kabupaten Semarang, Kabupaten Batang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Jepara. Jumlah penerima akan kami sesuaikan dengan biaya yang telah terkumpul selama Bulan September hingga Mei kelak. Bagi yang tertarik ingin ikut kegiatan kami silakan bisa langsung menghubungi kami CP : Ilma 085640626173.
NB : Laporan Keuangan ini hanya akan dikirim ke email donatur

Rapat 9 Oktober 2013

            Alhamdulillah hari rabu tanggal 9 kemarin kami berlima mengadakan rapat di salah satu warung makan di Tembalang Semarang. Beberapa berita bahagia yaitu saat ini uang yang terkumpul dari donatur yang mulia hatinya sebesar Rp. 3.700.000 namun karena bank kami ada uang administrasi sebesar Rp 5.500 sehingga saldo saat ini Rp 3.694.500 dan kami memutuskan untuk mencari Bank yang tanpa biaya administrasi.
           Kami berencana setelah pamflet jadi kira-kira Rabu 16 Oktober kami akan segera mensosialisasikan Barakallah Foundation ini. Kami juga sedang mencari target yang akan kami bantu yaitu siswa SD tahun terakhir yang terancam putus sekolah karena faktor ekonomi. Saat ini sudah ada beberapa nama yang direkomendasikan oleh Fanada dan Khabib. Pendataan ini kami lakukan hingga akhir Oktober. Kami akan menilai dengan objektif siswa SD yang paling membutuhkan. Awal November kami berencana untuk survey mendatangi target agar bantuan yang diberikan memang tepat sasaran.
          Bagi teman-teman yang ingin menjadi donatur atau volunteer dapat segera menghubungi kami CP : Ilma 085640626173. Doakan kami agar selalu istiqamah dan diridhai oleh Allah, dan semoga kami berhasil dalam mencapai visi misi kami mengurangi angka putus sekolah di Indonesia.

Pengesahan Barakallah Foundation

Alhamdulillah, kemarin 5 September 2013 Barakallah Foundation resmi disahkan oleh pelopor-pelopor yang berjiwa sosial tinggi. Hari ini kami mendiskusikan beberapa penunjang jalannya Barakallah Foundation sehingga tercipta kesepakatan seperti berikut.

Latar Belakang berdirinya Barakallah Foundation
                Masih banyaknya anak usia sekolah yang tidak dapat merasakan bangku sekolah, bahkan yang telah duduk di bangku sekolah terancam putus sekolah karena terkendala faktor ekonomi. Padahal menurut  PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMO R 47 TAHUN 2008.

BAB VI
PENJAMINAN WAJIB BELAJAR
Pasal 9

  1. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
  2. Warga negara Indonesia yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar apabila daya tampung satuan pendidikan masih memungkinkan.
  3. Warga negara Indonesia yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun dan belum lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus atas biaya Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
  4. Warga negara Indonesia usia wajib belajar yang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memberikan bantuan biaya pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.
Namun kenyataannya dana BOS dari pemerintah hingga sekarang belum merata sampai ke daerah terpencil, sehingga masih ada banyak anak usia sekolah yang tidak mengenyam bangku sekolah.

Visi 
Mengurangi angka putus sekolah dan meningkatkan kualitas generasi penerus Bangsa Indonesia
Misi
-          Memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang tidak mampu
-          Membantu mengadvokasi siswa yang tidak mampu kepada sekolah yang dituju
Sasaran
Siswa lulusan SD yang tidak mampu meneruskan ke SMP karena faktor ekonomi.
Struktur 
-          Koordinator                : Ilman Naafi’aa
-          Sekretaris I                 : Ridwan Ageng
-          Sekretaris II                : Dwi M
-          Bendahara                  : Fanada
-          Humas                        : Nur Khabib
Donatur
                Masyarakat umum yang mau membantu dengan ikhlas. Donasi dapat berupa uang atau keperluan sekolah untuk siswa baru SMP.
Ini adalah langkah awal kami untuk menggerakkan Barakallah Foundation, semoga dapat bermanfaat dan diridhoi Allah. 
Langkah selanjutnya yaitu
-          Pembuatan logo Barakallah Foundation
-    Pembuatan Rekening BRI dengan alasan Bank BRI sudah tersebar ke daerah terpencil di  Indonesia atas nama Ilman Naafi’aa karena struktur kami belum memenuhi untuk membuka Rekening bank atas nama Barakallah Foundation.
-          Menentukan daerah yang terdapat kasus putus sekolah
-          Sosialisasi ke calon donatur dan volunteer
-          Survey ke daerah tujuan
-          Memberikan beasiswa dan membantu advokasi ke sekolah yang dituju.

Beasiswaku-Beasiswamu

Beasiswaku-Beasiswamu adalah program penyaluran beasiswa dari mahasiswa penerima beasiswa untuk siswa SD yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP serta membantu mengadvokasi mereka ke sekolah tujuan (apabila memungkinkan) agar mendapat keringanan biaya sekolah. 

Donatur dari kalangan mahasiswa penerima beasiswa yang menyisakan sedikit rupiahnya, donatur ini juga tidak tertutup bagi mahasiswa saja, siapa saja boleh menjadi donatur karena tidak ada batas minimal rupiah dan data anda tidak akan dipublikasikan, namun rincian penggunaan keuangan akan terus dilaporkan kepada donatur setiap sebulan sekali. Donasi tidak hanya berupa uang, namun dapat juga berupa barang seragam SMP, buku pelajaran SMP, Alat tulis, dan kebutuhan sekolah lainnya.

Siswa SD yang akan diberikan beasiswa adalah siswa kelas 6 SD yang benar-benar tidak mampu dalam masalah ekonomi untuk melanjutkan sekolah ke jejang SMP.  Rencana besar beasiswa sebesar Rp. 1.000.000 - Rp.2.000.000 sebagai biaya pembelian persiapan sekolah.
 
Persyaratan penerima beasiswa adalah :
  1. Siswa kelas 6 SD
  2. Benar-benar tidak mampu untuk melanjutkan ke SMP
  3. Mengisi Formulir pendaftaran yang dapat di download disini
  4. Melampirkan Fotokopi Raport  kelas 6 semester ganjil
  5. Melampirkan Foto (3 x 4) 2 lembar
  6. Melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kelurahan
  7. Melampirkan Foto rumah meliputi (tampak depan, ruang keluarga, kamar, kamar mandi)
  8. Melampirkan Slip Gaji orang tua (apabila tidak ada membuat rincian pemasukan keluarga per bulan mengetahui ketua RT setempat)
  9. Melampirkan essay yang menceritakan mengapa anda pantas untuk mendapat beasiswa ini (tentang kehidupan sehari-hari dan keinginan mencapai cita-cita)
Siapa saja dapat merekomendasikan saudara atau tetangga anda yang memenuhi persyaratan diatas. kami akan melakukan seleksi penerimaan beasiswa di daerah-daerah yang rawan putus sekolah. 
Siapa saja dapat menjadi volunteer dan donatur dengan mengisi data pada link berikut dan kami akan segera menghubungi anda.

Bersyukur dan Berinisiatif

Alhamdulillah saya termasuk orang yang beruntung, orang tua saya dapat membiayai saya hingga saat ini saya masih berjuang di bangku kuliah. Melihat sejenak kebawah merunduk menyaksikan tangan-tangan mungil yang dituntut bekerja untuk sekedar makan, bisa membaca dan menulis bagi mereka sudah cukup, lalu cita-cita yang dulu mereka teriakkan telah sirna kelabu tanpa harapan.

Alhamdulillah nikmat Allah mana yang kau dustakan? Saat jadi mahasiswa peluang mendapat beasiswa semakin banyak, saya hanya perlu apply, buat program kreativitas mahasiswa, surat-surat, serta essay dan Alhamdulillah mendapat beasiswa berprestasi. Jika sudah menjadi mahasiswa sudah beruntung karena beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu juga ada bahkan kuotanya lebih banyak, banyak juga pihak swasta yang memberikan beasiswa pada mahasiswa yang kurang mampu, jadi tak perlu pusing. Sebagian besar dari beasiswa mereka digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan kuliah, namun ada juga yang menggunakan beasiswa mereka untuk berfoya-foya untuk membeli laptop baru, dan gadget lainnya.

Saya bukan dari golongan orang tidak mampu dan saya juga bukan orang kaya. Saya selalu berusaha untuk berprestasi untuk bisa mendapatkan beasiswa karena tidak mungkin saya mengambil hak orang yang membutuhkan. Alhamdulillah beasiswa yang saya peroleh saya gunakan seperlunya, ya lebih baik saya biarkan saja uangnya di Bank.

Tapi saya mencoba membuka mata hati, Indonesia semakin terpuruk, angka putus sekolah tinggi, apa nasib bangsa ini jika generasi mudanya putus sekolah karena persoalan ekonomi. Saat ini dana BOS belum optimal membantu masyarakat kurang mampu karena belum merata ke seluruh pelosok negeri. Anak-anak itupun kurang termotivasi untuk melanjutkan sekolah karena kerasnya kehidupan yang memaksa harus mencari tambahan uang. Jarang sekali pihak swasta yang memberikan beasiswa, paling hanya disekolah swasta yang mahal memberikan beasiswa pada murid berprestasi, kemudian bagaimana nasib murid yang kurang mampu dan tidak berprestasi? Mereka perlu juga sekolah kan??
Sejumlah kasus di pelosok negeri ini menyadarkanku aku tidak hidup sendiri.

Mungkin uang yang aku dapat dari hasil beasiswa dapat membantu dan memotivasi mereka, jika perlu aku mau membantu mengadvokasi anak-anak yang terancam putus sekolah ke sekolah barunya agar mendapat keringanan biaya. Ya Tekadku sangat bulat, aku ingin membantu mereka. Semoga Allah meridhoi. Saat ini tabungan beasiswaku hanya tinggal 3 juta dan masih menanti pengumuman beasiswa dari salah satu pihak swasta yang menginspirasiku. Dulu mereka hanya kumpulan dari 4 orang yang ingin membantu mahasiswa kurang mampu dengan memberikan beasiswa dan saat ini sudah ribuan mahasiswa yang mereka bantu. Kini giliranku aku dan Indonesia tidak mau melihat peningkatan anak putus sekolah lagi. Saat ini saya masih sendiri untuk melakukan hal besar ini saya butuh volunteer dan donatur untuk mendukung kegiatan ini.

Nantinya pasti banyak rintangan yang menghadang, namun saya yakin niat tulus ini pasti dapat membantu mereka. Dan saya melangkah sekarang, dari hal kecil, dan dari diri saya sendiri untuk membuat perubahan besar.

Kasus Putus Sekolah di Indonesia

1. DUA KECAMATAN DI BOYOLALI RAWAN KASUS PUTUS SEKOLAH
(from : http://www.sapa.or.id , Sumber : Solopos (By. Zakaria Korda SAPA Kota Surakarta, Kab Boyolali))

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Boyolali menyebut Kecamatan Ampel dan Kecamatan Juwangi sebagai daerah rawan putus sekolah. Kondisi itu disebut-sebut dilatarbelakangi permasalahan ekonomi. Hal itu sebagaimana diungkapkan Kepala Disdikpora Boyolali, Sutojoyo. Dia belum menyebut berapa angka putus sekolah di daerah tersebut. Namun dari beberapa kajian, Sutojoyo memastikan kondisi itu disebabkan faktor ekonomi warga."Kami pantau kasus itu dari berapa banyak yang ikut kejar paket. Tak banyak, sebagaimana kejar paket C ada 18 orang yang lima di antarnya tak masuk hadir saat ujian nasional tanpa keterangan. Yang tak terjaring (kejar paket)? Tetap kami upayakan, tapi berapa ya kami tak hafal," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Boyolali, Sri Ariyanto menjelaskan tak banyak terjadi perubahan data mengenai tingkat pendidikan warga Boyolali. Seperti yang disampaikannya kepada Espos, akhir 2012 lalu, 30 persen warga Boyolali merupakan lulusan SD. Dari sejumlah temuan, terdapat sejumlah lulusan SD yang tak melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya lantaran terkendala biaya. Hal itu sebagaimana ditemui di Repaking, Kecamatan Wonosegoro. Ironisnya, sejumlah anak di sana harus bekerja membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan pokok, makan.
"Tak ada biaya. Saya lulus SD, adik saya masih SD. Tapi saya tak melanjutkan sekolah, tak ada biaya," ungkap salah satu anak dari Desa Repaking, Dewi Andriyani. Dia dan dua adik perempuannya bekerja mencari lidi untuk dijual ibunya di pasar dalam bentuk sapu. Selain itu, mereka menyempatkan waktu meminta uang kepada pelintas jalan dengan alasan sebagai tambahan biaya untuk mencukupi kebutuhan membeli beras.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Boyolali, Bramastia menilai pemerintah kurang turun ke lapangan untuk menemukan kasus semacam itu. "Ini menjadi bukti, pemerintah kurang melihat kondisi riil. Secara normatif, Pemda Boyolali wajib mencari solusi dan masalah daerah rawan putus sekolah mestinya menjadi program prioritas," tukasnya.

2. TIAP MENIT, EMPAT ANAK INDONESIA PUTUS SEKOLAH

Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. “Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index,” ungkap Sekretaris Jenderal Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), dr Iskandar Irwan Hukom, di sela-sela penyerahan bantuan sebesar Rp 383,5 juta lebih di rumah belajar YCAB Duri Kepa.
Sementara, laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang putus sekolah. Bahkan pada tahun 2010 usia sekolah yakni 7-15 tahun yang terancam putus sekolah sebanyak 1,3 juta. “Anak harus mempunyai hak bersekolah, ada potensi. Kita harapkan YCAB 2015 bisa menjangkau 5 juta anak-anak bisa sekolah, sekaligus menjadi inspirator mengikuti langkah kita,” ungkap Iskandar.

3. STATISTIK ANGKA PUTUS SEKOLAH D.I. YOGYAKARTA 2012

Angka putus sekolah mencerminkan jumlah penduduk usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan pendidikan pada jenjang tertentu. Pada tahun ajaran 2011/2012, jumlah murid yang putus sekolah di DIY mencapai 1.149 siswa, terdiri dari 985 siswa dari sekolah yang berada di bawah naungan Diknas dan 164 siswa dari sekolah yang berada di bawah naungan non Diknas. Jumlah tersebut turun sekitar 19 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 1425 orang siswa. Penyebab putus sekolah sangat beragam dan tergantung dari jenjang sekolah. Beberapa diantaranya adalah rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan orang tua, kondisi sosial ekonomi keluarga, keterbatasan serta kesulitan dalam mengakses infrastruktur pendidikan.
Berdasarkan distribusinya, jumlah anak putus sekolah terbanyak terdapat pada jenjang SLTA sederajat yakni sebanyak 61,44 persen dengan rincian SLTA sebanyak 146 anak, SMK 477 anak dan MA 83 anak. Sementara, jumlah anak putus sekolah pada jenjang SLTP sederajat dan SD sederajad masing-masing mencapai 20,97 persen dan 17,58 persen. Masih besarnya porsi anak putus sekolah pada jenjang SLTP ke bawah harus menjadi perhatian serius, karena hal ini menjadi kontraproduktif dengan kebijakan wajib belajar sembilan tahun. Persoalan biaya seharusnya tidak lagi menjadi penyebab utama dalam kasus anak putus sekolah.

 4. ANGKA PUTUS SEKOLAH DAN KOMERSIALISASI PENDIDIKAN

JAKARTA, KOMPAS.com – Anggota Komisi X DPR RI Raihan Iskandar  mengungkapkan, pemerintah perlu melakukan evaluasi kritis terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang berjalan selama tahun 2011. Menurutnya, berbagai data statistik menyebutkan, capaian kinerja pemerintah di bidang pendidikan tak menunjukkan hasil yang signifikan.
Ia menyoroti, hal yang seharusnya menjadi perhatian utama adalah masih tingginya angka putus sekolah. Mengutip data, kata Raihan, terdapat 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD dan SMP) yang tidak menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Di sisi lain, masih ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMA. Kemiskinan menjadi sebab utama angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena tingginya biaya pendidikan Menurutnya, faktor utama penyebab tingginya angka putus sekolah adalah ketidakmampuan masyarakat memenuhi biaya pendidikan.  “Kemiskinan menjadi sebab utama angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya,” kata Raihan kepada Kompas.com, pekan lalu, di Jakarta. 
Masih tingginya angka putus sekolah dan siswa yang tidak melanjutkan pendidikan, dinilainya, cermin masih terbatasnya akses pendidikan yang bisa dijangkau masyarakat. Padahal, kata dia, dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan nasional telah mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 2010, APBN untuk sektor pendidikan mencapai Rp 225 triliun, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 249 triliun. Untuk tahun 2012 mendatang, APBN pendidikan kembali mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 286 triliun. Dana Bantuan Operasional (BOS) sebagai instrumen penopang rogram wajib belajar sembilan tahun juga meningkat dari tahun 2011 sebesar Rp 16 triliun, menjadi Rp 23 triliun untuk tahun 2012.
“Selain tidak tepat waktu, sasaran, dan penggunaan, nyatanya BOS tidak bisa mencegah praktek pungutan yang marak terjadi. Kenaikan anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak berbanding lurus dengan upaya penghentian siswa putus sekolah,” papar Raihan.    Akan tetapi, tingginya alokasi APBN dalam sektor pendidikan, dinilainya menjadi ironis karena berbagai kebijakan pemerintah, menurut Raihan, justru turut berkontribusi terhadap tertutupnya akses pendidikan yang terjangkau dan Pemerintah terkesan membiarkan berbagai komersialisasi dan pungutan yang marak terjadi. Ia mencontohkan, salah satunya kebijakan mengenai rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI).  

“RSBI hanya kebijakan asesoris yang berpotensi menghambat penuntasan program wajib belajar sembilan tahun, menghambat siswa miskin atas layanan pendidikan yang bermutu dan terjangkau. RSBI hanya sarana seleksi status sosial,” ujarnya.

Jaminan melanjutkan pendidikan
Ditemui terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengungkapkan, pada tahun 2012 mendatang, kementeriannya telah mempersiapkan sejumlah langkah untuk meminimalisir angka putus sekolah.  Ia mengungkapkan, pada tahun 2010 dana BOS hanya meng-cover 70 persen biaya pendidikan. Hasilnya, sebesar 1,5 persen siswa SD drop out, dan yang tidak melanjutkan 8,87 persen dari 31 juta siswa. Untuk SMP, sebesar 1,61 persen drop out, dan 21,13 persen tidak melanjutkan. Sementara SMA, sebesar 2,86 persen drop out dan 33,11 persen tidak melanjutkan pendidikan. 
Salah satu yang dilakukan untuk menekan angka putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan, kata Nuh, adalah menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun, menuju wajib belajar 12 tahun. Mungkinkah? "Agar tidak putus sekolah dan melanjutkan ke SMP, maka harus kita jamin mereka bisa melanjutkan ke SMP, SMA, dan seterusnya. Cara menyelesaikannya? Tahun 2012 BOS kita naikkan. Perkiraan kita, jumlah siswa DO (drop out) dan tidak melanjutkan akan menurun secara signifikan," papar Nuh. Pada tahun 2012, pemerintah juga akan menjalankan rintisan dana BOS untuk SMA. Dengan demikian, harapannya, pada tahun 2013 program wajib belajar 12 tahun sudah bisa dilaksanakan. 











Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Most Viewed

TENTANG BARAKALLAH FOUNDATION

Demak, Jawa Tengah, Indonesia

Recent Posts

More Text